splash
SITUS RESMI DEWAN PASTORAL PAROKI SALIB SUCI
Tropodo, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur
 

Blak-blakan tentang Paroki Salib Suci

Posted By Komsos on November 1st, 2010

Wawancara Eksklusif di Hari Paroki ke 22 ( 14 September 2010 )

bersama Romo Yosef Geru Kaka, SVD

Yosef Gheru Kaka, SVD. Pria yang akrab disapa Romo Yosef ini memulai tugas pelayanannya di Paroki Salib Suci (SS) sejak tanggal 1 Desember 2008. Setelah hampir dua tahun melayani umat SS banyak kesan yang telah membekas dihati Romo kelahiran Kodi, Sumba Barat Daya, NTT, 19 Mei 1971 ini. Untuk mengetahui isi hati Romo kita yang satu ini terhadap Paroki SS beserta umatnya, berikut petikan wawancara tim redaksi MAWASS dengan Romo Yosef.
Apakah yang Romo rasakan saat mendapat tugas pelayanan di Paroki Salib Suci ?“Sebenarnya saya sudah mendapat banyak info dari luar mengenai Paroki SS. Info yang paling dominan adalah mengenai ketertiban atau kedisiplinan dalam aturan rumah dan (pastoran) gereja (paroki – wilayah,lingkungan – dalam banyak bidang). Katanya kaku dan kolot. Namun setelah benar-benar menjalankan tugas di lingkungan Paroki SS, kesan paling saya rasakan adalah dalam hal tata cara liturginya karena sangat taat pada TPE baru (Tata Perayaan Ekaristi) yang sesuai dengan PUMR (Pedoman Umum Misae Romanum)”, cerita Romo Yosef.


Lalu adakah rasa “was-was” setelah mendapat banyak info dan merasakan sendiri tata liturgi di Paroki SS yang sangat teguh dengan TPE baru dan sebenarnya sesuai dengan PUMR ?“Sedikit rasa takut pasti ada. Sebab sebelumnya saya bertugas di Paroki Tayan Keuskupan Sanggau Kalimantan Barat yang tata cara liturginya boleh dikatakan hanya mengikuti warisan dari Romo-Romo sebelumnya yang belum seluruhnya sesuai dengan TPE baru dan PUMR. Banyak improvisasi dan dengan demikian menjadi agak jauh dari semangat liturgi Ekaristi yang benar dan baik. Sedangkan di SS saya mengalami penggunaan TPE secara sakleg. Tetapi dalam perjalanan waktu yang penuh tekanan, dengan semangat kerendahan hati saya belajar mengikuti semua hal baru dan baik itu. Kadang ada pemberitahuan yang bernada peringatan dari Rm. Heri karena kesalahan-kesalahan kecil dan sama yang saya lakukan. Tapi ya dalam hati saya pikir mungkin memang demikian kalau baru masuk “kandang orang” (maksudnya rumah atau paroki baru). Apalagi setelah mempelajari kembali TPE baru dan PUMR. saya menjadi sadar bahwa memang ada satu dua kesalahan kecil yang mengganggu kekhusyukan ibadah umat yang harus saya perbaiki walau bukan hal substansial dalam Liturgi. Hasilnya sungguh ruarr biasa… saya sendiri menjadi lebih sadar akan liturgi yang baik dan benar dan sungguh saya menjadi lebih lagi menikmatinya. Hal ini menyegarkan kerohanian, panggilan dan menjadi spirit sendiri dalam tugas pelayanan umat dalam hal-hal lain. Yaahhh…. memang sesuatu yang baik menuntut pengorbanan bahkan pengosongan diri seperti Yesus mengosongkan diriNya demi kebaikan dan keselamatan kita manusia. Namun demikian saya melihat juga bahwa tidak semua kita mendukung hal yang baik itu (maksudnya tertib liturgi yang baik dan benar). Nampak sekali sering sekali petugas lektor, pemazmur, misdinar, organis, koor, dirigen dan asisten imam melalaikan tugasnya, datang tidak tepat waktu, bahkan tidak datang sama sekali entah karena lupa entah karena sengaja tidak mau. Demikian juga umat,  sering dan “suka” datang terlambat atau mepet-mepet. Malahan ada yang datang ketika sudah bacaan. Mereka umumnya langsung ke balai paroki, supaya tidak kelihatan romonya. Hehehe… soalnya takut dimarahin, mungkin malu dan malu-maluin… Selain itu tidak semua pengurus gereja sampai ke tingkat lingkungan proaktif mendukung lewat himbauan dan peringatan. Bahkan ada kasak kusuk pro kontra. Yahh fenomena agaknya umum. Tapi Pastor paroki tentu tidak akan henti-hentinya menghimbau pada satu pedoman yang sudah ditetapkan walau mungkin ada yang bukan hasil kesepakatan bersama.Kemudian apa yang baik dan benar itu akan lebih baik lagi kalau pengalaman akan Allah selama liturgi menghasilkan buah. Ada pesan Tuhan yang kita tangkap dalam keseluruhan misa bukan hanya dalam kotbah apalagi kalau tidak menarik. Sehingga ketika kita mendengar “pergilah kamu diutus” ketika imam menutup misa sungguh ada pegangan. Dan kita bukannya seperti baru menyelesaikan upacara ritual yang memenjarakan sehingga begitu keluar seperti para tahanan penjara yang baru menghirup udara segar tapi tidak tahu apa yang mesti dibuat. Yang ada hanya bergegas pulang rumah dan hidup “aku masih seperti yang dulu lagi…” Jika demikian liturgi kita masih sekedar “seperti” upacara  bendera plus minus. Perayaaan kita belum sungguh perayaan iman yang efektif dan mungkin juga buahnya sangat diragukan dalam mewarnai, hati, pikiran, sikap, tindakan, perilaku, pekerjaan dan perencanaan,keinginan dan hasrat. Tertib liturgi semoga tidak hanya menjadi seremonial, upacara dan pertunjukan belaka tetapi menjadi perayaan iman yang sungguh berbuah dalam hidup.

Tugas Romo di SS, tentunya tidak bisa dipisahkan dari adanya kerja sama dengan Dewan Pastoral Paroki (DPP). Bagaimana pendapat Romo Yosef tentang kinerja DPP SS selama ini ?“Kinerja DPP kita sudah baik, walaupun terkadang menurut saya DPP agaknya terlalu dominan, walaupun juga ini perkembangan gereja awam yang pesat dan seiring dengan harapan gereja sendiri. Hal tersebut tampak dari beberapa kali rapat pleno yang tetap dilakukan meski tanpa kehadiran Romo Paroki. Bagi saya ini “luar biasa”. Saya kira yang umum, dan barangkali lebih bijaksana, sebaiknya harus ada romo paroki. Selain itu, DPP kita juga masih kurang proaktif mengunjungi umat-umat yang kurang mampu secara ekonomi atau yang sudah mulai kurang aktif ibadah di gereja kita. Memang…. semua itu bisa kita katakan wewenang pengurus wilayah dan lingkungan. Tapi kunjungan itu saya yakini akan menjadi kabar gembira bagi mereka bahkan “mujizat” yang membangunkan mereka dalam harapan dan iman dan hidup menggereja di Salib Suci. Ya…saya berharap kedepannya DPP kita bisa makin lebih aktif lagi mengunjungi umat-umat diwilayah dan bukan hanya ke balai paroki dan pastoran agar umat juga merasa dirangkul dan mau aktif di kegiatan gereja. Tetapi disamping semua itu, saya sangat salut dengan DPP kita, karena sangat profesional dan kuat dalam mengemban tugas pelayanan mereka, saya yakin mereka pasti menimba semangat iman yang lebih dalam hidup mereka… Inilah contoh awam yang baik di tengah Gereja kita.. semoga akan lahir terus di paroki ini barisan orang-orang seperti DPP kita. Selamat kepada DPP. Maju terus dalam kebajikan dan pengorbanan bagi Gereja dan umat.. Tuhan memberkati !
Bagaimana dengan umat di Salib Suci sendiri ? Apa kesan Romo terhadap umat di Salib Suci ? “Bicara tentang umat, saya masih merasakan umat sangat semangat dan hidup walau masih ada kekurangan di sana sini antara lain pemahaman dan penghayatan iman dan menggereja. Kelihatan masih ada “kelompok-kelompokan”. Pengelompokkan itu karena faktor ekonomi, minat kategorial (ME, karismatik, hobi dll). Masih ada klik-klik diantara umat sendiri. Harusnya kita bisa lebih membaur dan merasa  saudara dalam iman dan bukan hanya dalam kotak-kotak kecil.

Romo terkenal dekat dengan kaum muda di Paroki kita. Lalu menurut Romo, bagaimana kondisi Mudika Paroki Salib Suci saat ini ?“Mudika kita cukup guyub walaupun dalam jumlah yang kecil. Peran dan kualitasnya pun lebih baik dari tempat pelayanan saya terdahulu. Namun, sama seperti Mudika-mudika di tempat lain, Mudika kita kerap hanya muncul di momen-momen tertentu saja dan masih terbatas pada kelompok minat paduan suara, sepak bola dan “main kartu”! hahaha…,(”ujar Romo Yosef sambil tertawa renyah.“Seharusnya kita perlu Mudika yang lebih dari sekedar kumpulan kelompok minat. Dan menurut saya perlu figur yang dapat mempersatukan seluruh Mudika di SS. Semoga kedepannya DPP SS bisa menunjuk satu figur Pembina yang bisa menyatukan mudika-mudika kita,”
Terakhir, menanggapi pernyataan Romo Yosef sebelumnya yang mengatakan bahwa DPP kita masih kurang proaktif mengunjungi umat-umat, sebenarnya di lain pihak ada juga DPP dan umat yang merasa bahwa Romo-Romo Paroki sendiri juga sangat kurang dalam melakukan kunjungan kepada umat di wilayah.

Apa pendapat Romo Yosef mengenai opini-opini umat yang seperti ini ?“Hahaha….ya saya juga merasa demikian. Ada kontradiksi pendapat antara Romo dan umat. Di satu sisi Romo menganggap DPP Salib Suci yang kurang mengunjungi umat-umat diwilayah, tetapi disisi lain ada juga umat dan DPP yang menganggap Romo-Romonya kurang memperhatikan mereka. Ya….memang problem seperti itu akan selalu kita hadapi. Menanggapi kontradiksi opini tersebut, saya secara pribadi akan berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi umat kita dan saya berharap kedepannya kita semua bisa saling mengingatkan untuk selalu mengusahakan yang terbaik bagi persatuan warga Paroki SS. Proficiat untuk Paroki SS yang sudah mencapai usia 22 tahun. Tuhan memberkati langkah kita kedepan, “ demikian Romo Yosef menutup wawancara. (Nova & Ajeng).

Tags: , , , , , , ,

Similar Posts
Posted in Suara Gembala

3 Responses to “Blak-blakan tentang Paroki Salib Suci”

semar bodronoyo

saya lengganan nasi murah yg setiap minggu dijual 1000 Rp oleh kaum ibu dari gereja ss, tapi sekarang kok gak jual lagi ya ?
tolong ibu” berjualan lagi kami sangat butuh karena benar” gereja menyentuh wong cilik

Komsos

Lha kemarin Ibu2 WK sudah ngomong bahwa kegiatan nasi murah udah diganti yang lain, berikut alasanya

Hard Disk Data Recovery

I like the helpful info you provide in your articles. I will bookmark your blog and check again here regularly. I’m quite certain I will learn lots of new stuff right here! Best of luck for the next!

Leave a Reply