Istilah Devosi, diambil dari kata Devotion, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi bakti, yang artinya: Penyerahan diri sepenuh hati, dalam sikap doa, yang membuat orang beriman menjadi sangat tanggap kepada kehendak Allah (Kamus Teologi,
Gerald O’Collins, SJ. & Edward G. Farrugia, SJ, Kanisius).
Dan sikap batin kita untuk meng-hormati Bunda Maria adalah Hyperdulia (baca: Mawass Edisi 2).
Sudah sejak Gereja Perdana pengikut Kristus menempatkan Bunda sebagai pribadi yang istimewa, yang layak mendapatkan penghormatan dan perlakuan khusus. Gelar Bunda Allah (Theotokos) dan Tetap Perawan (Parthenos) adalah 2 hal yang paling awal telah diterima oleh Gereja sejak zaman Para Bapa Gereja.
Masalah adanya keberatan dari sementara pihak atas gelar itu, bukanlah urusan kita. Karena itulah yang telah kita terima sebagai iman Gereja secara apostolik.
Seiring dengan perkembangan Gereja, gelar-gelar lain yang ber-tujuan untuk menghormati Bunda Maria terus bertambah.
Hal ini tidak terlepas peranan Bunda Maria yang senantiasa mendampingi dan menolong
anak-anaknya yang sedang ber-ziarah di dunia ini.
Peristiwa-peristiwa di Lourdes, Fatima, Medjugorje, dan lain-lain sudah sangat sering kita dengar (meskipun pihak Otoritas Gereja sangat behati-hati dalam me-nyikapinya).
Dan, kita pasti tahu bahwa tempat berziarah yang paling banyak adalah tempat ziarah untuk meng-hormati Bunda Maria (di Pulau Jawa saja, tidak kurang dari sera-tus tempat ziarah yang didedikasi-kan kepada Bunda Maria).
Dari sekian banyak cara untuk menghormati Bunda Maria, ada beberapa devosi, yang mungkin sudah akrab bagi kita, antara lain:
1. Angelus Domini
2. Medali Ajaib
3. Novena Tiga Salam Maria
4. Doa Rosario
Bentuk / cara devosi-devosi itu akan dibahas di bawah ini secara ringkas.