Category Archives: Orang Muda Katolik

OMK di Persimpangan Jalan

OMK-2013-1

Orang muda sudah tidak kanak-kanak lagi namun juga belum beranjak dewasa. Demikian pula dalam hidup panggilan, bagi orang muda masih terbuka jalan lebar dan banyak alternatif. Mana yang akan dipilih? Orang muda mengemban tugas perkembangan untuk ‘memilih’ (choice) jalan hidup mana yang terbaik minimal bagi dirinya dan dalam kacamata iman seyogyanya diharapkan sesuai dengan panggilan dan kehendak Tuhan.

 

TAHUN IMAN, OMK, KKS 2013

 

Sepanjang tahun 2013 gereja Keuskupan Surabaya khususnya Paroki Salib Suci punya banyak gawe hajatan, yakni Tahun Iman, Tahun OMK (Orang Muda Katolik) & KKS (Kerasulan Kitab Suci), dan Pesta Perak Paroki Salib Suci dengan mengusung tema Berbangga dan Bersyukur karena Salib Tuhan. Lalu, di mana posisi OMK memerankan diri dalam konteks kehidupan menggereja ini?

 

Peluang dan kesempatan emas sudah di depan mata namun apakah OMK siap memanfaatkannya di tengah kehidupan yang penuh pilihan dan tantangan? Konflik batin dalam diri OMK, mana yang lebih diutamakan antara kepentingan gereja dan studi atau kerja? Konflik batin semacam ini kemungkinan juga dialami oleh para orangtua dalam kehidupan berkeluarga sehingga sedikit banyak secara tidak disadari mempengaruhi dilema mana yang lebih dipentingkan antara kepentingan gereja dan keluarga.

 

Pada satu sisi OMK sudah harus mandiri namun kenyataannya masih bergantung dan membutuhkan dukungan orangtua. Inilah titik kritis OMK di persimpangan jalan sebelum melangkah dan mentas menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa dalam segala aspek kehidupan. Seperti semboyan pendidikan dan kepemimpinan yang diamanatkan oleh mendiang Ki Hadjar Dewantara: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani. Nah, di sinilah pandai-pandainya para orang orangtua dan kakak senior dalam bersikap untuk mendampingi OMK: kapan saat yang tepat untuk memberikan teladan, maju bersama, dan melepas OMK dengan penuh kasih?

 

PANGGILAN HIDUP OMK

 

Usia perkembangan OMK pada umumnya berkisar antara 18 – 24 tahun. Secara jasmaniah pada usia 17 tahun menandakan masa awal akil balik atau menginjak masa dewasa awal. Tugas perkembangan OMK rata-rata masih terpusat pada tugas belajar/studi namun tidak menutup kemungkinan sudah mulai bekerja atau masa berkarir. Selain itu OMK mulai mempersiapkan diri untuk menapaki panggilan hidup berkeluarga. Namun demikian OMK seyogyanya juga mulai mempertimbangkan kemungkinan lain untuk menanggapi panggilan hidup membiara atau sakramen imamat.

 

Sebagaimana sabda Tuhan terkait panggilan hidup: “Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16a). Biarlah OMK dengan kehendak bebas mulai berlatih untuk menemukan kehendak Tuhan dalam diri pribadi masing-masing. Dalam perjumpaan antara kehendak bebas dan kehendak Tuhan akan ditemukan talenta dan mutiara yang indah dalam hidup setiap pribadi, teristimewa betapa indah dan mulia bila sudah ditemukan pada diri OMK. Seperti jawaban Maria menanggapi panggilan Tuhan melalui pesan dari MalaiKat Gabriel: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38; Fiat voluntas tua).

 

Lanjutan dari kutipan ayat Injil Yohanes: “…Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah  dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh 15:16b). Panggilan hidup memang berlangsung seumur hidup namun titik awal yang menentukan keputusan dan kebijakan dalam pilihan jalan hidup sesuai panggilan dan kehendak Tuhan bermula dari masa OMK. Buah kehidupan masa dewasa dan lanjut usia terutama ditentukan dari benih yang ditanam sejak masa OMK dalam memilih dan memutuskan jalan hidup. Bila pilihan jalan hidup selaras dengan kehendak Tuhan dapat dipastikan buah kehidupan akan tumbuh subur dan melimpah. Dengan demikian pada masa depan nanti OMK akan menjadi ODK (Orang Dewasa Katolik) yang patut disyukuri dan dibanggakan sebagai saluran rahmat kasih Tuhan bagi diri sendiri dan sesama manusia.

 

Pendek kata, OMK bukan hanya sebagai generasi penerus dan pilar kehidupan gereja masa depan namun sekaligus ikut menentukan mutu kehidupan umat. Makin OMK menemukan jati diri dan talenta sejak dini dan menentukan pilihan jalan hidup yang sesuai dengan kehendak kasih Tuhan, makin kokoh dan kekal abadi gereja yang dibangun atas batu padas yang keras dan tahan uji. Persoalannya sekarang, siapa yang terutama bertanggungjawab terhadap keberadaan dan perkembangan OMK? Apakah para orangtua atau OMK itu sendiri?

 

PENGEMBANGAN TALENTA OMK

 

Pada prinsipnya orangtua tetap harus bertanggungjawab terhadap perkembangan anak (baca: OMK) baik dari segi jasmaniah, kejiwaan dan rohaniah. Kenyataannya OMK masih membutuhkan dukungan dana untuk melanjutkan studi sebelum bekerja/berkarir atau hidup membiara. Selain itu orangtua seyogyanya juga menempa mental OMK untuk menemukan dan mengembangkan talenta (anugerah bakat dari Tuhan) dengan tangguh dan tahan uji. Keluarga dan sekolah atau kampus dapat menjadi ajang OMK untuk menemukan jati diri dan talenta serta menguji pengembangan dan ketangguhan diri. Bakat, sikap dan perilaku pribadi OMK akan tampak menonjol bila diberi ajang untuk mengekspresikan diri seperti apa adanya dalam kegiatan sekolah/kampus atau gereja.

 

Dalam kehidupan menggereja, OMK bisa diberi ruang dan waktu bebas untuk berekspresi tidak selalu dalam kegiatan rohani namun juga melalui pengembangan bakat intelektual, olah-raga dan seni. Kemampuan intelektual OMK perlu terus diasah dengan meningkatkan kepekaan dan daya kritis dalam menanggapi masalah-masalah aktual kemasyarakatan, misal dengan melakukan diskusi, debat, presentasi, penulisan artikel, memimpin rapat/pertemuan antar kawula muda dengan bahasa gaul sekaligus ilmiah. Selain itu OMK juga bisa diajak untuk olah-raga guna meningkatkan kesehatan jasmani sekaligus bakat olah-raga, misal futsal, sepak bola, renang, badminton, pingpong, basket, senam gangnam style. Lebih jauh daripada itu OMK juga bisa diajak untuk mengembangkan bakat seni, misal di bidang musik pop dan klasik yang bernuansa profan, rohani dan liturgi; band, teater, tari, lukis, komedi, pemandu acara.

 

Justeru melalui kegiatan yang mungkin terkesan profan dan hura-hura, OMK dapat mengekspresikan diri dengan bebas dan leluasa untuk unjuk gigi sebelum masuk dalam kehidupan iman dan rohani yang lebih mendalam. Kegiatan duniawi sebagai prasarana pengembangan talenta merupakan wujud nyata ungkapan rasa syukur dan bangga akan anugerah dan rahmat kasih Allah. Pengembangan bakat intelektual, olah-raga dan seni (BIOS) dapat menjadi bekal OMK untuk menyongsong dan menapaki karir masa depan untuk dipersembahkan kembali kepada Allah melalui pelayanan dalam hidup menggereja. Dalam kaitan ini para orangtua seyogyanya mendukung sekaligus mendorong OMK untuk aktif melalui kegiatan BIOS tersebut khususnya dalam kegiatan gereja sekaligus menjadi ajang sosialisasi guna mengembangkan hubungan pertemanan dan pergaulan yang sehat, akrab, guyub dan bersahabat.

 

 

 

 

PENGEMBANGAN KATOLISITAS OMK

 

OMK sebagai subjek dampingan dalam kegiatan gereja tentu berujung pada pengembangan katolisitas pribadi OMK itu sendiri. Iman katolik merupakan pilihan pribadi yang perlu terus dipupuk dan ditumbuhkembangkan seiring dengan perkembangan usia OMK dan tantangan jaman masa kini. Pengembangan iman OMK seyogyanya juga diselaraskan dengan selera dan konteks kehidupan OMK dewasa ini. OMK seyogyanya diajak aktif juga dalam kegiatan rohani seperti doa rosario lingkungan/wilayah, renungan APP (Aksi Puasa Pembangunan) Prapaska dan Adven, Legio Maria, Putra Altar, Koor-Dirigen-Organis Misa, Petugas Lektor dan Pemazmur, Kolektan Misa, Tatatertib Misa, Parkir Gereja, Aksi Sosial, Retret/ Rekoleksi, Kemah Rohani, Bible Camp. Tentu muatan materi, cara penyampaian dan pemimpin/pembimbing dalam ragam kegiatan rohani tersebut seyogyanya dikemas pula sesuai dengan gaya anak muda yang ‘gaul’, maaf bukan ‘jadul’ (jaman dulu) alias kuno. Namun ini semua dimaksudkan hanya sebagai pintu pembuka, dan yang terutama siraman rohani diharapkan bisa merasuk dan meresap dalam hati sanubari OMK.

 

Penting juga cara pendekatan dan sikap pendampingan orangtua terhadap OMK seyogyanya juga fleksibel (luwes dan bersahabat) serta simpati menghargai dan penuh tenggangrasa manakala OMK mulai berani melibatkan diri dan melayani dalam tugas gereja meski masih sering membuat kesalahan yang patut dimaklumi. Sikap OMK sendiri seyogyanya selalu ditanamkan dan dipupuk untuk bersikap dan bermental baja dengan berani sukses dan berani gagal sekaligus. Itulah kunci untuk menghasilkan ‘buah’ yang segar, manis dan masak dalam kehidupan kelak. Pada intinya para orangtua diharapkan rela dan bersedia memberikan kepercayaan penuh kepada OMK untuk mengembangkan dan menyempurnakan talentanya masing-masing.

 

KADERISASI OMK

 

Pada dasarnya para orangtua bertekad mendidik anak sebaik-baiknya dan berjuang keras untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan demi masa depan anak yang ‘sukses’.  Demikian dalam kehidupan iman, para orangtua seyogyanya siap membagikan diri bagi OMK untuk mengembangkan iman hingga memenuhi panggilan dan kehendak kasih Tuhan. Oleh karena itu prasarana kegiatan OMK diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin terutama bagi pengembangan iman OMK melalui kegiatan BIOS (Bakat Intelektual, Olahraga, Seni) yang cenderung bernuansa duniawi dan ZOE (Zona Oase Ekaristi) yang terutama bernuansa rohani. Hal ini dimaksudkan kegiatan OMK baik dalam lingkup lingkungan, wilayah dan paroki dapat menjadi ‘sumur’ kehidupan yang menjadi ‘sumber’ bagi setiap insan OMK untuk menimba dan meneguk air kehidupan surgawi.

 

Guna mengasah iman dan hati nurani dalam kehidupan menggereja, OMK membutuhkan kegiatan gladi rohani dengan melakukan latihan kepemimpinan gereja tingkat dasar, madya dan lanjut. Diharapkan melalui kegiatan ini OMK dapat makin dewasa dalam iman dan kelak layak serta pantas untuk meneruskan pelayanan gereja yang sudah dirintis oleh para orangtua dan senior. Pelimpahan tongkat estafet kepemimpinan gereja kepada segenap OMK ini tentu dibutuhkan pendampingan intensif dari para orangtua untuk berkenan membagikan pengalaman dan talenta masing-masing. Semoga melalui kegiatan latihan kepemimpinan gereja ini, OMK makin percaya diri dan siap mental untuk mengemban amanat suci dalam melayani umat sebagai hamba Tuhan demi perutusan dan penggembalaan umat sesuai dengan kehendak kasihNya.

 

 

BRAVO OMK

 

Peziarahan hidup OMK masih panjang dan mungkin akan membosankan serta melelahkan. Ingat, OMK kini ada di persimpangan jalan. Tengoklah kiri-kanan, muka-belakang, atas-bawah, segenap penjuru kehidupan. Manakah jalan hidup yang kupilih? Carilah kehendak Tuhan dalam hidupmu! Temukan talenta dan panggilan hidup bersama orangtua, teman dan pendampingmu! Langkahkan kaki menatap masa depan dengan penuh iman! Siapkan hati menghadapi aral melintang sebagai tantangan dan ujian kehidupan! Ungkapkan pikiran dan perasaan sejujurnya dengan berani Bicara, Bangkitkan semangat, Mantapkan hati (spirit generasi BBM)! Simpang jalan adalah palang kehidupan. Pikullah kuk di bahu dengan penuh setia dan rendah hati! Sempurnakan selalu kelebihan (plus) dan perbaiki kelemahan (minus)! Golgota adalah puncak kehidupan! Rayakan kemenangan iman dengan penuh rasa syukur dan bangga karena salib TUHAN! Amin.

 

HIDUP OMK PAROKI SALIB SUCI !

SELAMAT BAHAGIA PASKA !

A.J. Tjahjoanggoro

 

Pelayanan Orang Muda Katolik (OMK) Terhadap Gereja

KAMI  JUGA MENCINTAI EKARISTI

Banyak bentuk pelayanan umat terhadap Gereja. Misalnya dengan menjadi Dewan Pastoral Paroki, Pengurus Wilayah, Asisten Imam, Lektor, Pemazmur, Anggota Koor, Petugas Liturgi, dan menjadi Penjaga Parkir. Semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Pelayanan bukan merupakan kewajiban, tetapi membutuhkan kesadaran dan kerendah-hatian. Penulis ingin berfokus pada peranan OMK yang sering ketiban peran  menjadi petugas penjaga kendaraan bermotor, terutama saat Misa Agung.

Menjadi petugas penjaga kendaraan bermotor ternyata sudah berlangsung sejak beberapa dekade. Beberapa generasi muda Gereja yang sekarang sudah menjadi anggota DPP pun merasakan pelayanan dalam bentuk itu.
OMK menyadari, bahwa menjadi petugas parkir adalah salah satu bentuk pelayanan terhadap Gereja selain menjadi Pengurus OMK Paroki maupun Wilayah dan  Petugas Ekaristi. Keinginan Gereja agar OMK terlibat dalam setiap kegiatan Gerejawi memang sudah sangat jelas dapat mendorong dan menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki. Tapi secara samar, dengan rutin dan seringnya OMK menjadi petugas parkir akan berimbas pada gambaran diri OMK. Tidak sedikit umat yang beranggapan bahwa OMK lebih senang menjadi petugas parkir karena BOSAN dan mulai MALAS dengan yang namanya MISA. Ada juga yang berpendapat bahwa, toh OMK juga mendapatkan uang parkir  meskipun dengan nominal seikhlasnya,-. Namun, tidak sedikit pula yang menyadari bahwa OMK adalah bagian dari Gereja yang mendapat salah satu peranan dari sekian peran yang harus dijalani. Dalam suatu kesempatan, Rm. Heribertus Ballhorn, SVD pernah mengatakan bahwa menjadi petugas parkir pun adalah bentuk pelayanan terhadap Gereja, jadi sebisa mungkin harus dilakukan dengan baik.

Lalu, yang menjadi pertanyaan dan kegundahan OMK adalah ketika OMK rindu dengan perayaan Ekaristi khususnya pada misa-misa Agung yang hanya bisa diikuti dari tempat parkir,dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyambut kehadiranNya, bagaimana?
Fakta yang ada memperlihatkan bahwa beberapa OMK sering menjadi “bonek” dalam menyambut Tubuh dan Darah Kristus. Meskipun sebelum menyambut Kristus dalam wujud  “sabdaNya”, OMK yang menjadi petugas penjaga parkir sempat hening dan menyiapkan hati seadanya. Pun ada yang sadar diri, merasa tidak pantas untuk menyambut Komuni Kudus maka tetap diam di tempat. Nurani mereka seolah menggugat: “Bukankah tidak pantas menerima Hosti Kudus bila tidak dengan persiapan hati yang layak?”. Kebutuhan OMK akan Ekaristi seolah terbentengi dengan kewajiban yang dilapisi nama “pelayanan”.
Apakah itu artinya, OMK hanya bisa berdiri di belakang tanpa pantas menyambut Tubuh dan DarahNya? Seberapa pentingkah pelayanan non liturgis sehingga dapat menomor-duakan Ekaristi? Apakah itu artinya, OMK harus mengorbankan Ekaristi?

Memang, pelayan Gereja adalah pelayan Tuhan juga. Tetapi Dia tentu akan bersedih, jika putra-putri yang dicintaiNya tidak dalam kondisi yang pantas atau siap hati untuk menerima kehadiranNya. Dia, mungkin, akan lebih terluka apabila putra-putriNya tidak menerima kehadiranNya.
Mengutip perkataan Bapak Victor H.S. selaku penasihat OMK: “Yang jelas, semuanya harus seimbang, jasmani dan rohani harus tetap beriringan. Tidak ada alasan untuk menjadi bosan. Misa tetap Misa. Liturgi juga tetap liturgi yang mempunyai hierarki dan tata perayaan. Masalah yang dihadapi sekarang, bagaimana kita, OMK, bisa mencintai Liturgi dan Ekaristi, kemudian membumikannya dalam kehidupan sosial di dalam dan di luar Gereja. Sebutan OMK bukan hanya mudah diingat dan dikatakan, tetapi sudah menjadi stempel mati buat kita. Yang  harus diwujudkan dalam mencintai Ekaristi dan katolisitas dalam masyarakat majemuk. Menjadi petugas parkir adalah salah satu bentuk pelayanan. Tetapi, Ekaristi tetap adalah yang utama. Tinggal bagaimana kita semua sadar bahwa semua itu masih menjadi bagian hidup dari orang muda yang merasa Katolik, terlebih lagi menjadi bagian dari Gereja Katolik”.

Intinya, Misa tetap Misa. Pelayanan juga tetap pelayanan. Semua tergantung dari cara menempatkan diri pada situasi yang sedang dialami. Jalan keluar yang mungkin bisa diambil adalah dengan mengikuti Misa Agung di paroki lain, karena Misa Agung di Paroki Salib Suci hanya diadakan satu kali.
Tapi, kemudian muncul pertanyaan, apakah dengan mengikuti misa di luar paroki domisili adalah pilihan terbaik?
Sekali lagi, mengulang pernyataan di awal, dibutuhkan kesadaran dan kerendah-hatian dalam sebuah pelayanan. Terkadang dibutuhkan juga pengorbanan untuk menjalani pelayanan itu. Tidak mudah untuk menjadi ‘Yang Diharapkan’.
OMK memiliki loyalitas khas kaum muda, memiliki kompetensi, memiliki semangat, dan OMK juga memiliki komitmen.
Tapi lebih dari itu, OMK merindukan keutuhan Misa Agung dan Ekaristi.

OMK merindukan menjadi bagian dalam kegiatan liturgis dan upacara sakral. OMK tidak ingin hanya bisa berdiri di belakang.
OMK juga mencintai Ekaristi.
OMK juga ingin menghidupi Ekaristi.

(monica ajeng erwita)

Yang Muda Yang Berkarya

Banyak anggota tetapi satu tubuh. Mengutip homili Rm. Yosef Gheru Kaka, SVD pada misa pesta nama Salib Suci yang ke 22, tiap anggota tubuh memiliki fungsi yang berbeda tetapi masih pada satu tubuh. Ada beberapa organisasi katolik dan persekutuan doa yang dimiliki oleh paroki ini, masing-masing memiliki kekhasannya sendiri. Secara khusus, penulis akan memberikan pandangan mengenai organisasi OMK (Orang Muda Katolik).

Continue reading