KECEMASAN

Kenyataan menunjukkan bahwa sering kita mendengar, dan mungkin juga mengalami, bahwa mengikuti misa kudus dapat menjadi sesuatu yang rutin. Bukannya tidak mungkin bahwa di kalangan orang Katolik sendiri ada yang menganggap ikut misa hanya kewajiban. Bahkan ada yang berkomentar misalnya, “misanya bikin ngantuk…” atau “kotbahnya kurang atau tidak semangat”, kotbahnya  terlalu panjang atau lama, kok dibaca saja, atau membawakannya cepat2… kotbahnya terlalu tinggi (maksudnya abstrak atau terlalu ilmiah), terlalu sederhana atau dangkal. Sehingga orang seperti tidak mendapatkan  apa2 karena sulit menangkap dan mencernanya.

Bahkan ada pula yang  ikut misa hanya karena kewajiban atau terpaksa. Misa diikuti sekedar sudah menjadi kewajiban sebagai orang katolik demi pengakuan social (supaya dilihat tetangga, masyarakat sekitar, dan yang paling penting sesame  umat dan romo paroki. Selanjutnya dengan pengakuan itu  orang mengharapkan  “berkat2 lain” dalam rupa kemudahan pelayanan kematian, orang sakit, perkawinan,baptis, komuni I, krisma, bantuan social, santunan, dukungan dana dan kesempatan kerje,kemudahan pinjaman, subsidi anak sekolah, dan  masih banyak lagi motif yang menyertai satu dua orang yang ikut misa.

Ada pula yang ikut misa kalau lagi senang. Kalau tdk, lebih baik di rumah saja. Ada yang ikut misa kalau kebetulan mendapat tugas koor wilayah, lector, pemazmur, kolektan, atau mendpatkan tugas apa saja di gereja. Kalau tidak mereka memilih di rumah saja atau ke paroki lain sekalian jalan-jalan atau sedikit santai/rileks di sana karena tidak ada yang mengenal.

Seberapa banyak orang yang mempunyai disposisi bathin seperti itu? Saya yakin dari sisi prosentasi pasti tidak sangat menyolok. Pasti lebih banyak yang memiliki disposisi bathin yang baik dan benar sesuai harapan dalam kaitan dengan misa. Namun demikian, apa yang ada itu walau tidak banyak hendaknya kita ibaratkan kotoran yang masuk dalam biji mata kita yang membuat kita terganggu dan memaksa kita segera mengambil tindakan “penyelamatan”. Kalau dibiarkan, cepat atau lambat hal itu akan menyebabkan masalah sangat serius. Akan ada barisan panjang umat yang mencari tempat sembayang di mana ada kotbahnya  dengan semangat yang menggelegar2, sederhana, tak bertele2, panjang2/lama-lama. Pokoknya yang menyenangkan hatinya. Yang penting puas… Akan  ada barisan panjang orang yang mencari tempat sembahyang yang lebih mudah memberikan pengakuan disertai “berkat2” lainnya dalam rupa berbagai kemudahan pelayanan.

Memang umat mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan membuatnya betah. Namun tanpa menutup mata terhadap kebutuhan akan misa yang lebih menarik, termasuk kotbah yang lebih memuaskan dahaga rohani (bekal pergumulan hidup harian lebih banyak orang), akan pelayanan doa orang sakit, kematian, social dalam rupa santunan anak yatim piatu, orang miskin, beasiswa paroki, baptis, komuni pertama, krisma, rekomendasi2 syarat administrative dll, kita semua patut membuka mata dan dengan lebih jelas melihat lagi dan melihat lagi apa yang msih perlu kita lakukan demi ketepatan disposisi batin kita atau kemurnian hati kita (ditopang oleh pemahaman y ang tepat pula)dalam hubungan misa suci itu. Pembaharuan diri terus menerus demi umat kearah yang lebih baik dan benar  adalah mutlak. Banyak hal yang bisa menjadi sorotan yang harus kita bereskan. Tetapi semuanya itu tidak dapat diselesaikan dalam waktu sekejap dan ruang yang sempit. untuk itu menurut hemat kami yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana persiapan kita dengan misa?

Mengapa kita harus mempersiapkan  misa? Keluhan2 seputar misa yang mana merupakan kecemasan sungguh tidak sepantasnya ada. Karena kita semua mengetahui bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak ibadah kita. Bagaimana seharusnya, supaya kita lebih menghayati misa kudus? Ada beberapa langkah yang dapat kita renungkan agar sedapat mungkin (dan sebanyak mungkin kita memperoleh rahmat ekaristi; karena efek penerimaan rahmat tersebut tergantung juga dari sikap bathin kita saat menerima Misa.

Jika perhatian utama kita dalam misa kudus adalah Tuhan Yesus, maka sesungguhnya kita mempunyai alasan yang kuat untuk mempunyai ketetapan hati yang sungguh untuk mrmprsiapkan hati sebelum menyambut Dia dalam Misa. Dengan persiapan baik, kita akan lebih dapat menghayati dan mengalami efek yang lebih besar setelah Misa. Namun jika perhatian kita tertuju kepada diri sendiri dan perasaan kita, maka akan sulit bagi kita untuk menghayati rahmat tersebut. Sebab yang kita harapkan adalah supaya kita ‘merasakan’ dan mengalami sesuatu, dan bukannya mengimani sesuatu –dalam hal ini adalah kehadiran Tuhan sendiri—yang tidak dapat kita lihat dan kita rasakan. Padahal iman yang sejati adalah iman yang berdasarkan pada pengharapan (Ibr 11:1) dan bukan pada perasaan.

Maka kini mari kita mohon pada Tuhan agar kita beroleh karunia iman yang sejati, yang berpusat pda Tuhan (dan bukan pada perasaan kita). Dengan demikian kita dapat memiliki sikap hati yangbenar , baik sebelum, pada saat dan sesudah menerima Ekaristi Kudus. Pada intinya  kita harus datang ke hadapan Tuhan dengan hati sebagai hamba yang siap menerima dan memberikan juga jerih payah kita. Ingatlah bahwa dengan berpartisipasi dalam Ekaristi kita memenuhi tugas panggilan imamat bersama, yang kita terima pada saat pembaptsan kita, saat kita menerima peran sebagai imam, nabi dan raja (1Petr 2:9). Jika mempersiapkan hati atau diri secara utuh maka kita akan berharap banyak. Juga kita akan berharap menyembuhkan kotoran2 kecil yang mengganggu pandangan hingga hati dan hidup kita.

HARAPAN

Bagaimana kita menghayati Misa?

Pertama2 kita perlu tahu bahwa misa terdiri dari dua bagian: Liturgi Sabda dan Ekaristi yang saling berkaitan atau merupakan kesatuan ibadah. Hal ini sejalan dengan pengajaran Yesus pada dua murid di Emaus. Yesus menyatakan kehadiranNya dengan menjelaskan Isi Kitab Suci dan mengambil roti, mengucap syukur, memecah2kannya dan membagikannya. Mereka mendengar dan melihat semuanya sehingga mengenali Dia.

Selain mengetahui bahw misa terdiri dua bagian, perlu pula partisipasi di dalamnya. Pada bagian pertama: Liturgi Sabda, peran kita adalah aktif mendengarkan dan meresapkannya, kedua: Liturgi Ekaristi, kita aktif mengucapkan syukur dan mempersembahkan korban. Korban di sini bukan hanya terbatas pada korban roti dan anggur di tangan pastor yang diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, tapi juga korban yang kita bawa sebagai persembahan kita, yaitu diri kita sendiri dan segala yang ada dalam hati kita: suka duka, syukur, pergumulan, sakit penyakit, dst. Korban kita ini akan dipersatukan dengan koraban Kristus sang Kepala yang berkenan di mata Allah Bapa.

Bagaimana seharusnya kt berpartisipasi?

  1. sebelum Misa

1.Sebelum Misa: baca dan renungkan bacaan misa sebelum menghadiri misa. Entah malam sebelumnya atau pagi hari. Hal itu hendaknya diawali dengan doa. Baik jika itu dilakukan dengan anggota keluarga sekalian untuk menanamkan kebiasaan membaca dan merenungkan KS.

  1. Ambil satu ayat yang dapat diingat dan diulangi dalam hati. 3. Periksalah bathin. Jika menemukan dosa, akukanlah kepada Thn bila perlu menerimakan sakramen pengakuan dosa.
  2. persiapkanlah segala sesuatu sebelumnya, supaya tidak tergesa2. Misalnya, uang persembahan/kolekte, siapkan anak2 jika mereka sering membuat kita terlambat ke gereja. Bangunlah lebih pagi,jk perlu. Siapkanlah pakaian yang pantas dan sopan untuk kita pakai ke Gereja. Contoh sederhana: jika kita punya sepatu, pakailah sepatu bukan sandal apalagi sadal jepit; jika kita punya baju berlengan, pakailah itu, dan jangan pakai baju tangan buntung sampai ketiak. Ingat bahwa apa yang terlihat dari luar adalah cerminan dari isi hati. Lagi pula sang tamu agung yang akan kita sambut adalah lebih mulia daripada seorang presiden atau raja.

5.persiapkan korban rohani: yang dapat kita siapkan adalah kurban pujian dan syukur atas rahmat Tuhan yang kita terima, atau bahkan kurban hati yang hancur, jika kita sedang menghadapi pergumulan dan permasalahan. Persiapkanlah semua kurban itu di dalam hati kita agar dapat kita bawa ke hadapanNya.

6Janganlah makan atau minum dlam 1 jam sebelum komuni, untuk sungguh memberikan keistimewaan kepada Kristus yang akan menjadi santapan rohani.

  1. nyalakanlah kaset lagu rohani yang mengarahkan hati kepada Tuhan. Dalam perjalanan ke Gerja berusahalah hening dan sudah mulai mengarahkan hati kepada Tuhan. Kita bisa doa Rosario.

8.datanglah cukup awal, supaya setidaknya ada waktu untuk berdoa misalnya sekitar 5-10 menit sebelum misa dimulai, menenangkan hati dan pikiran sebelum menhgikuti misa.

  1. saat Misa, Tenangkanlah bathin dan dengarkanlah Tuhan

Misa adalah saat kita bertemu dan bersatu dengan Tuhan dalam keheningan. Music, doa dan renungan itu baik, namun seharusnya semua itu menghantar pada persatuan dengn Tuhan dalam keheningan bathin di mana tidak apa apa lagi selain Tuhan dan kita. Untuk hening kita perlu berjuang. Karena begitu kita mencoba, pada saat sama pikiran kita akan dipenuhi lain2 misalnya, pekerjaan, masalah yang sedang kita hadapi sampai hal sepele seperti: mau makan apa sepulang misa, jalan2 sama teman atauingatan akan fil TV yang semalam baru ditonton.  Jika pikiran melayang sedemikian, katakana pada dri sendiri “ sekarang aku disini, aku hanya perlu melakukan satu hal: ikut serta sepenuh hati merayakan kehadiran Kristus dalam Misa. Mintalah Tuhan membantu dalam mengarahkan hati dan mempersembahkan kurban. Arahkanlah pandangan pada salib Yesus atau tabernakel, atau tutuplah mata dan berdoalah dalam ketenangan. Begitu lagu pembukaan, berdirilah. Sambutlah kehadiran Tuhan. Ikutlah menyanyi dengan segenap hati. Katakanlah dalam hati, Ya Tuhan aku hadir di sini memnuhi panggilanMu. Ingatlah segala kekurangan dan katakana kepada Tuhan dalam hati, Tuhan Kasianilah kami. Ucapkan pujian dari hati dan muliakanlah tuhan dalam Kemuliaan.

Waktu bacaan, pusatkan perhatian untuk mendengarkan. Karena kita sudah pernah membacanya maka semoga kita lebih bisa meresapkannya. Dengarkanlah pesan Imam dalam kotbah. Jika pikiran kita melayang atau kurang focus atau membelok, katakana dalam hati, Aku hadir di sini untuk Kristus, Tuhan bantulah aku… ulangilah kata2 itu dengan penghayatan jika belum bisa mengikuti. Berdoalah supaya dibantu minimal mengingat satu kalimat atau bahkan satu kata saja yang dapat berbicara kepada kita.

Dalam liturgy ekaristi, diawali dengan persembahan. Persembahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Siapkan dan berikan kolekte, namun lebih dari itu persembahan segenap kasih, kehendak, pikiran, pergumulan kita. Pada saat imam memberkati roti dan anggur, waktu itu kita turut mempersembahkan persembahan kita. Sadari saat imam mengangkat roti dan anggur kita bukan menontonnya tapi turut mengangkat hati dan mempersembahkan diri. Persembahan kita korban syukur juga dapat berupa hati yang hancur (Maz 51:19 “korban kepada Allah adalah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak Kau pandang hina ya Allah”)

Saat Doa syukur agung, kita mengarahkan hati kepada Tuhan, dengan iman yang sungguh kita katakan sungguh layak dan sepantasnya. Dengan hati penuh syukur kita merenungkan kembali lagi perkataan Yesus (kata2 konsekrasi). Selanjutnya kita melambungkan ,madah anamnese sebagai kenangan penuh iman akan misteri Kristus. Setelah itu kita menyadari kesatuan kita dengan paus dan para uskup, kaum beriman Juga yang telah wafat, para rasul, kudus di surga dan Bunda Maria. Dan bersama mereka kita mengangkat pujian kepada Allah TriTunggal. Selanjutnya kita menjawab amin dan ya kemulian bagimu Tuhan. Setelah Bapa Kami, doa damai dn Anak Domba Allah, saat Kristus dalam rupa roti diangkat di hadapan kita, lihatlah dan renungkanlah bukti kerendahan Hati Yesus yang tak ada tarany. Serta kataka kepadaNya Ya Tuhan saya tidak pantas.

Saat komuni, di saat menunggu atau berjalan mengahampiri altar suci atau pembagi komuni, arahkanlah hati kepada Tuhan dan katakan dalam hati: Tuhan ini aku dating menyambutMu… atau Tuhan mari masuklah ke dalam hatiku… ucapkanlah Amin pada saat menerima komuni. Salam, hai Engkau Rotii surgawi, mari masuk dan tinggallah di hatiku..

Setelah menerima komuni kita kembali ke tempat duduk dan terus berdoa: Sembahlah Yesus, Bersyukurlah kepada Tuhan, mohonlah ampun atas semua dosa dan mohonlah kepadaNya apa yang menjadi keingiinan kita.

  1. setelah Misa

Setelah itu, jangan tergesa2 untuk  pulang. Sebab justru saat setelah menerima komuni adalah saat yang terkudus. Ambillah waktu 5-10 menit untuk berdoa dengan tenang guna bersyukur kepada Yesus yang telah memperbahrui kita sebagai baitNya. Ia telah memasuki tubuh kita, karena itu kita dikuduskan, dikuatkan dalam iman, pengharapan dan kasih serta dipersiapkan oleh Allah sendiri agar suatu saat nanti kita dapat bersatu denganNya di Surga. Dengan penuh syukur resapkanlah saat ini dekapan Allah yang mempersatukan diriNya dengan Kita. Biarlah seluruh diri kita dipenuhi dengan kasihNya. Terimakasih Ya Tuhanku!

Kalau kita sungguh mempersiapkan Misa dan mengikutinya seperti ini niscaya tidak efek atau “tidak mendapat apa-apa” dari Ekaristi kita. Jika kita masih belum merasa mendapat apa2 atau efek darinya maka kita perlu dengan rendah hati mohon ampun kepda Tuhan. Sebab itu berarti kita kurang menghargai karunia Tuhan Yesus yang terbesar yaitu diriNya sendiri. Ibaratnya Tuhan telah memberikan segala2nya tapi kita masih complain juga. Oleh karena itu mari kita makin menyadari bagaimana persiapan kita dan disposisi bathin kita yang sesungguhnya.

MISA …DALAM KECEMASAN DAN HARAPAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *