
Penerimaan Sakramen Krisma 05 Juli 2015
Pada hari minggu 05 Juli 2015, Bapa Uskup Mgr.Vincentius Sutikno Wisaksono didampingi Rm. Servatius Dange,SVD dan Rm. Victor Bani,SVD memimpin misa penerimaan sakramen krisma pada misa II di Paroki Salib Suci Tropodo. Sebanyak 198 orang (99 perempuan dan 99 laki-laki) terdaftar sebagai calon penerima sakramen krisma kali ini.Pada upacara penerimaan, Uskup memberikan minyak krisma di dahi dan menepuk pipi mereka. “Tepukan di pipi untuk membangunkan anda, bahwa anda diutus dalam iman.”,ujar Bapa Uskup.
Sesudah misa, para penerima sakramen krisma berfoto per kelompok bersama dengan Bapa Uskup dan kedua Romo Paroki. Kemudian dilanjutkan acara audiensi di balai paroki lt.1. Pada kesempatan tersebut, Rm. Servatius Dange,SVD dalam sambutannya mengajak para penerima sakramen krisma untuk menjadi orang katolik yang baik dan berguna untuk lingkungan sekitarnya.
Bapa Uskup juga memberikan sambutan yang berisi pesan-pesan dibungkus penyampaian yang menghibur. Gelak tawa tidak pernah putus sepanjang sambutannya. Pesan-pesan dari Bapa Uskup berkaitan dengan kekuatan iman dan hal berdoa. Hendaknya kita sebagai umat beriman tak pernah lelah meminta pada Bapa (Mat 7:7) dan berdoa tanpa bertele-tele (Mat 6:6). “Seperti yangdisampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus : ‘Tutuplah doa dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.’”, ucap Bapa Uskup. Beliau juga menyampaikan agar tidak lupa berdoa rosario. Karena rosario bersifat menenangkan, seperti dalam islam itu “witiran”.
Acara dilanjutkan dengan inti dari audiensi ini, yakni sesi tanya jawab dengan Bapa Uskup. Terdapat beberapa pertanyaan yang dilontarkan penerima krisma, yakni terkait kanibalisme ekaristi, bahasa roh, api penyucian, dan kesulitan pengajar persiapan krisma dalam meneguhan niat peserta calon krisma. Sesi ini ditutup dengan ajakan Bapa Uskup untuk ikut menanggapi panggilan Tuhan sebagai imam, biarawan dan biarawati. Semoga para penerima krisma semakin dewasa dalam iman dan semakin aktif terlibat dalam hidup menggereja. Tanpa mereka, gereja hanya akan menjadi sebuah bangunan tak bermakna.